Senin, 10 Juli 2017

Makalah Ulumul Hadis tentang BIOGRAFI ULAMA HADIS

BIOGRAFI ULAMA HADIS


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Untuk mempelajari Mata Kuliah Ulumul Hadis, kiranya akan lebih jelasnya apabila kita juga mempelajari tentang biografi para ulama hadis, agar kita dapat memahai sifat dan perilaku beliau ketika meriwayatkan sebuah hadis.
Secara garis besar ulama hadis di bagi dua yaitu pada masa para sahabat dan pada masa para kalangan perawi hadis terkenal. Namun yang akan kami bahas tidak semua ulama hadis tetapi hanya beberapa saja mengingat banyak sekali perawi hadis dan tidak akan cukup jika kami jelaskan pada makalah kami ini.
Dari pernyataan diatas inilah yang melatarbelakangi kelompok kami untuk membahas lebih lanjut tentang biografi ulama hadis pada matakuliah Ulumul Hadis. Agar kita dapat memahami bagaimana sifat dan perilaku para perawi hadis.

B.       Rumusan Masalah
1.        Ada berapa jumlah pembagian ulama hadits?
2.        Bagaimana sifat dan perilaku para ulama hadits?


BAB II
PEMBAHASAN

A.      DI KALANGAN SAHABAT

1.        Abu Hurairah (21 SH-59 H = 602 M - 679 M)
Nama asal abu hurairah adalah abdurahaman bin shakr Ad-Dawsi (salah satu kabilah di Yaman), nama Islam yang diberikan Nabi, sebagai pengganti nama masa Jahiliya, yaiti Abdusysyams bin shakhr kemudian dipanggil Abu  Hurairah oleh Rasulullah juga yang berarti “bapaknya kucing” pada saat beliau melihatnya membawa kucing kecil.[1] Hal itu memang karena sikapnya yang sangat menyayangi kucing peliharaannya.[2]
     Abu Hurairah masuk Islam pada tahun ke-7 Hijriyah pada tahun Perang Khaibar. Dia adalah komandan penghuni Shuffah, yang menghabiskan waktunya untuk beribadah. Shuffah adalah suatu tempat berlindung  para sahabat yang zahid di Masjid Nabawi. Abu Hurairah adalah adalah salah seorang sahabat yang mendapat doa dari Ras ulullah agar dapat menghafal apa yang ia dengar.[3]
     Ia pernah diangkat menjadi gubernur Bahrain pada masa Umar bin Al-Khaththab.[4] akan tetapi ia kemudian diberhentikan karena kebiasaannya yang terlalu banyak meriwayatkan hadis. Kebiasaan ini bertentangan dengan kebijaksanaan Umar Ibn Al-Khattab yang pada saat itu sedang memperketat izin periwayatan Hadits. [5]
     Abu Hurairah adalah salah seorang sahabat yang terbanyak dalam hal periwayatan hadis. Menurut Baqi’ bin Mukhallad sebanyak 5.374 buah hadis. Ia mngambil hadis dari sekitar 800 orang para sahabat dan tabi’in. Kemudian di riwayatkan oleh para prawi dalam buku induk 6 hadis dan Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ dan Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya.Imam Al-Bukhari meriwayatka darinya sebanyak 93 bua hadis dan Muslim sebanyak 189 buah hadis. Abu Ishak Ibrahim bin Harb Al-‘Askari (w. 282 H) menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah dala Musnadnya dan naskahnya masihh ada di perpustakaan Turki sebgaimana di sebukan Tarikh Al-Adab Al-Arabi.[6]
Ada beberapa faktor banyaknya periwayatan yang diperoleh Abu Hurairah, antara lain sebagaia berikut:
a.         Rajin menghadiri majelis-majelis Nabi.
b.        Selalu menemani Rasulullah karena sebagai penghuni shuffah  di Masjid Nabawi
c.         Kuat ingatanya karena ia salah salah seorang sahabat yang mendapat doa dari Nabi sehingga hafalannya kuat dan tidak pernah lupa apa yang ia dengar dari Rasulullah.
d.        Banyak berjumpa dengan para saabat senior, sekalipun Nabi telah wafat. Ia berusia cukup panjang, yaitu 78 tahun dan masih hidup 47 tahun setelah Nabi wafat.[7]
Abu Hurairah wafat di Madinah pada tahun 57 dalam usia 78 tahun. Segala waktunya dihabiskan untuk berkhidmah pada hadis Rasulullah.[8]

2.        Abdullah bin Umar  (10s.H. - 74 H = 618 M - 694 M)
Abdullah bin Umar (disebut dengan "Ibn Umar") lahir pada tahun 10 sebelum hijriyah. Ia masuk Islam bersama ayahnya pada usia 10 tahun.[9] Ia anak Khalifah kedua Umar bin Al-Khaththab dan saudara Hafshah Umm Al-Mu’minin. Meskipun ayahnya menjad Khalifah yang sangat luas kekuasaanya, namun ia idak puna ambisi kedudukan atau kekhalifahan. Hal ini disebakan disamping sikap ayahnya yang tidak nepotis, ia selalu mencurahkan segala perhatiannya untuk mencari ilmu dan beribadah.[10]
Abdullah bin Umar termasuk seorang sahabat yang tekun dan berhati-hati dalam periwayatan hadis. Bahkan sebagai ulama berpendapat bahwa Ashahhu Al-Asanid (sanad yang paling shahih) yang disebut Silsilat Adz-Dzahab adalah hadis yang diriwayatkan dari Malik dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar.[11]
Ia seorang sahabat yang banyak meriwayatkan hadis. Jumlah hadis yang diriwaatkannya sekitar 2.630 buah hadis. Ia meriwayatkankan hadis dari Nabi dan dari para sahabat, di antaranya dari ayahnya sendiri Umar, pamanya Zaid, saudara kandungnya Hafshah, Abu Bakar, Umar, ali, Bilal, Ibnu Mas’ud, Abu Dzarr, dan Mu’adz. Imam AL-Bukhari meriwayatkan sekirat 81 buah hadis darinya, Muslim meriwayatkan darinya sekitar 31 buah hadis, dan yang disepakati antara keduannya sebanyak 1.700 buah hadis.[12]
Ada beberapa faktor banyaknya periwayatan yang diperoleh Abdullah bin Umar, antara lain sebagaia berikut:
a.         Ia tergolong sahabat pendahulu masuk Islam dan berusia panjang, mencapai 87 tahun.
b.        Selalu hadir di majelis-majelis Nabi dan mempunyai hbungan dekat degan beliau, karenamenjadi iparnya Nabi.
c.         Tidak punyaambisi kedudukan atau jabatan dalam pemerintahan da tidak melibatkan diri dalam berbagai konflik politik di kalangan sahabat.
Ia meninggal dunia di Mekah pada tahun 73 H/693 M dalam usia 87 tahun.[13]

3.        Anas bin Malik (10s.H. - 93 H = 612 M - 912 M)
Anas bin Malik adalah khadim (pelayan) Nabi, yang dipersembahkan oleh ibunya Ummu Sulaim pada usia 10 tahun. Ayahnya bernama Malik Ibnu Al-Nadhar.[14] Rasul SAW sendiri memperlakukannya dengan sangat bijaksana, bukan sebagai seorang tuan kepada pembantunya. Kepribadiannya yang dikenal dikalangan para sahabat adalah ketakwaan dan kewaraan. Abu Hurairah pernah berkomentar: "Aku tidak pernah melihat seorangpun yang sholatnya menyerupai Rasul SAW, kecuali Ibnu Sulaim (Anas bin Malik)".[15] Ia di besarkan di tengah-tengah keluarga Nabi selama 9 tahun dan beberapa bulan sehingga ia mengetahui banyak hal tentang Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, dan pengakuan beliau.
Hadis-hadis yang diterimanya, selain langsung dari Rasul SAW, juga dari sahabat lainnya seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Fatimah Al-Zahra, Tsabit ibn Qais, dll. Jumlah hadis yang diriwayatkan Anas mencapai 2.286 buah hadis. Imam Al-Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 83 buah hadis dan Muslim sebanyak 71 buah hadis. Sanad yang paling shahih adalah hadis yang diriwayatkan dari Malik dari Az-Zuhri dari Anas bin Malik.
Pada akhir hayatnya ia berpindah ke Basrah dan salah seorang yang terakhir wafatnya di Basrah. Wafat pada tahun 93 H dalam usia lebih 103 tahun.[16]

4.        Siti ‘Aisyah Al-Shiddiqiah (9 s.H - 58 H = - 668 M)
Siti Aisyah adalah istri Rasul SAW, putri Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia lahir dua tahun setelah Nabi di utus menjadi Rasul.  Ia merupakan satu-satunya istri Rasul yang banyak meriwayatkan hadits.[17]  Selain jenius, ia memiliki kemauan yang keras untuk mengetaui hukum-hukum agama, juga sebagai istri Nabi yang sangat intim hubungannya dengan Nabi sehingga banyak dan luas pengetahuannya tentang ilmu agama yang bersumberkan dari Al-qur’an dan hadis. Ia juga menjadi tempat bertanya berbagai persoalan agama dikalangan sahabat. Ia masih hidup selama 39 tahun setelah Nabi wafat.[18]
Tentang kelebihan ilmunya, Ibn Syihab Al-Zuhri pernah memberikan penilaian, "Jika ilmu istri-istri Rasul SAW dikumpulkan ditambah ilmu wanita-wanita lainnya, tentu tidak akan mengungguli ilmu Aisyah. Penghargaan yang sangat tinggi juga disampaikan di antaranya oleh ayah Hisyam. Menurutnya, tidak ada sahabat yang sepandai Aisyah dalam hal mengetahui diturunkannya ayat-ayat Al Quran, hal-hal yang diwajibkan dan disunnahkan, peristiwa-peristiwa penting silsilah keturunan dan banyak hal lainnya.
Jumlah hadis yang diriwayatkan Aisyah sebanyak 2.210 buah hadis, Imam  Al-Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 54 buah hadis dan Muslim meriwayatkan darinya sebanyak 68 buah hadis. Dia banyak meriwayatkan hadis dari para shabat seperti dari bapaknya sendiri Abu Bakar, Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Usaidi bin Khudhair, dll.
Ia meninggal pada tahun 57 H/668 M pada bulan Ramadhan sesudah melakukan shalat witir.

5.        Abdullah bin Abbas  (3 s.H - 68 H = 616 M - 687 M)
Abdullah bin Abbas adalah saudara sepupu Rasulullah SAW. Ia lahir 3 tahun sebelum Hijriyah dan ia baru berumur 13 tahun pada waktu Nabi wafat. ia salah seorang yang mendapat doa dari Nabi dan dikabulkan Allah hingga ia dikenal sebagai ilmuwan, ahli fiqh, fatwa, dan periwayatan. Dia duduk satu hari mengajar fiqh, satu hari untuk tafsir, satu hari tentang peprangan, satu hari tentang syair dan satu hari tentang hari-hari Arab. Aku tidak melihat seorang alim yang duduk di hadapannya melainkan tunduk hormat kepadanya dan tidak ada seorang penanya melainkan mendapat ilmu darinya.[19]
Jumlah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas sebanyak 1.660 buah hadis. Imam Al-Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 120 buah hadis dan Imam Muslim sebanyak 49 buah hadis. Beliau banyak menerima hadis dari Rasulullah dan dari para sahabat.  Diantara para sahabat ialah ibunya sendiri Al-Fadhil, bibinya Maimunah, dll. Dan para tabi’in ialah  Abu Umamah bin Sahl, Sa’ad bin Al-Musayyab, Abdullah bin Harts, dll.[20]
Beberapa faktor yang menyebabkan ia banyak meriwayatkan hadis adalah sebagai berikut:
a.         Hubungan keluarga dengan Nabi sangat dekat.
b.        Keras kemaunnya untuk menuntut ilmu-ilmu agama terutama hadis dari Rasulullah.
c.         Rajin menemui para sahabat untuk mendapatkan hadis-hadis dari Rsaulullah.
d.        Mendapat doa dari Rasulullah: “Ya Allah ajarkan ia akan hikmah”.
e.         Sesudah Nabi wafat, ia masih hidup dalam tempo waktu yang lama, yaitu 58 tahun.[21]
Ia meninggal dunia di Thaif pada tahun 68 dalam usia 71 tahun setelah terkena sakit mata beberapa waktu sebgaimana ayah dan kakeknya.[22]

6.        Jabir bin Abdullah (16 s.H - 78 H = 604 M - 698 M)
Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram Al-Anshari. Ia dilahirkan Pada tahun 16 sebelum hijrah. Ayahnya adalah Abdullah Ibn Amr Ibn haram Ibn Tsa-labah Al-Khazraji Al-Anshari Al-Salami. [23] Ia adalah salah seorang di antara sahabat yang paling kecil pada waktu itu. Ia juga banyak menghadiri peperangan bersama Rasulullah sebanyak 19 kali, terkecuali Perang Badar dan Uhud, di karenakan di larang oleh ayahnya. Tetapi setelah ayahnya terbunuh dalam Perang Uhud, ia tidak pernah ketingalan dalam satu perang apapaun. [24]
Ketika ayahnya meninggal dunia, ayahnya meninggalkan juga anak perempuan yang masih kecil dan utang yang banyak. Namun ia dapat meyelesaikan semua tanggung jawab itu berkat perhatian Nabi. Jabir banyak menghadiri majelis-majelis Nabi dan banyak bertemu para sahabat senior, di samping usiannya yang panjang setelah wafat Nabi sehingga memungkinkan untuk mendapatkan banyak hadis dari Nabi.[25] Ia menerima hadis-hadisnya disamping dari Rasul SAW sendiri, juga dari para sahabat lainnya, seperti Abu Bakar, Umar, Ali dan Abu Ubaidah, Thalhah, Muadz Ibn Jabal.[26]
Jumlah hadis yang diriwayatkan Jabir sebanyak 1.540 buah hadis. Al-Bukhari dan Muslim sepakat meriwayatkan darinya sebanyak 60 buah hadis. Al-Bukhari sendiri meriwayatkan sebanyak 126 buah hadis.[27]
Ia wafat di Madinah pada tahun 74 H dalam usia 94 tahun dn ia adalah sahabat yang terakhir meninggal di Madinah. Hadis yang paling shahih sanad-nya adalah hadis yang diriwayatkan dari penduduk Mekah melalui jalur Sufyan bin Uyaynah dari Amr bin Dinar dari Jabir bi Abdullah.[28]

B.       DI ANTARA PERAWI HADIS TERKENAL

1.        Al-Bukhari (194 H/810 M-256 H/870 M)
Nama Al-bukhari (putera daerah Bukhara) adalah Abu abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Bardizhbah Al-Yafi’i Al-Bukhori. Beliau dilahirkan pada hari Jum’at, 13 Syawal 194 H (810 M) di sebuah kota bernama Bukhara. [29]
Beliau mulai beaja hadis sejak di bawah usia 10 tahun pada tahun 210 H dan medengarnya lebih dari 1.000 orang guru. Beliau hafal sebanyak 100.000 buah hadis shahih dan 200.000 hadis yang tidak shahih.[30]Beliaulah yang pertama kali menghimpun hadis shahih kedalam buku yang diberi nama A-l-Jami Ash-Shahih li Al-Bukhari. Buku ini ditulis selama 16 tahun yang beliau dengar lebih dari 70.000 perawi melalui penelitian yang tekun dan behati-hati. Setiap akan menulis hadis beliau mandi dan shalat istikharah 2 rakaat terlebi dahulu.
Diantara kelebihan daya ingat (Dhabith) dan kecerdasarn Imam Al-Bukhari mampu mengembalikan dan menrapkan kembali 100 pasangan sanad hais pada matan yang sengaja diacak oleh 10 ulama Baghdad dalam rangka menguji kapilitas daya ingat dan intelektual Al-Bukhari dala hal periwayatn hadis.[31]Semua itu dapat dijawab oleh Al-Bukhai dengan lugas dan dikembalikan sessuai dengan proporsinya semula.
     Para ulam yang mengambil hadis darinya antara lain, yang populer adalah AtTirmidzi, Muslim, An-Nasai, Ibrahim, dll. Beliau meninggal dunia 1 Syawal 256 H/31 Agustus 870 M pada hari Jum’at malam Sabtu malam Hari Raya Idul Fitri dalam usia 62 Tahun kurang 13 hari diSamarkand.[32]
            Karya-karnyanya antra lain, Al-Jam’ Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtasr min Umur Rasulillah wa Sunanih wa Ayyamihi, BirruAl-Walidain, Al-Tarikhu Al-Ausath, dll.

2.        Imam Muslim (204 H/820 M-261 H/875 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Husain  Muslim bi Al-Hajaj Al-Quraysyi An-Naisaburi. Beliau dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H/820 M, yaitu kota kecil yang terletak di negara Iran. Sejak kecil beliau belajar hadis ke beberapa guru di berbagai negara antaranya Hijaz, Syam, Irak, dll. Beliau seorang yang snagat berhati-hati, teguh pendirian, wara’, dan makrifah.[33]
Buku yang ia tulis adalah Shahih Muslim berisikan 4.000 hadis yang merupaka hasil penyeleksian dari 12.000 hadis yang dihitung secara berulang.[34]Buku itu disusun selama 12 tahun. Para ulama berpendapat bahwa kedua Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim keduanya merupakan kitab yang paling shahih setelah Alqur’an. Ada juga yang berpendapat bahwa Shahih AL-Bukhari lebih shahih, sedangkan Shahih Muslim lebih indah sistematika penulisannya.[35]
Karya-karyanya anatara lain: Shahih Muslim, Al-Musanad Kabir, AL-Jami’ Al-Kabir, Muhadlramin, dll.[36]
Beliau meninggal di Naisabur  pada tahun 261 H/875 M dalam usia 55 tahun.

3.        Abu Dawud (202 H/817 M-275 H/889 M)
Nama lengkapnya Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq As-Sijistani. Sijistan adalah suatu daerah yang terletak antara Iran dan Afghanistan, tempat kelahiran  beliau pada tahun 202 H/817 M. Samahalnya Al-Bukhari dan Muslim beliau juga berkelana mencari ilmu dan beruru hadis dari beberapa ulama hadis. Diantaranya Khurasan, Ravy, Harat, dll.
Abu Dawud bukan hanya sebagai perawi, penghimpun, dan penyusun hadis tetapi juga sebagai seorang yang ahli hukum yang handal dan kritikus hadis yang baik. [37]
Di anatara karyanya Sunan Abi Dawud di dalamnya banyak mengandung pembahasan fiqh. buku ini berisikan 5.724 buah hadis yang secara berulang-ulang dan kemudian diseleksi lagi menjadi 4.800 buah hadis. Di dalamya terdapat hadis shahih, hasan, dan dhaif, namun ia jelaskan semua kedudukan hadis trsebut. Beliau meninggal di Bashrah pada tanggal 16 Syawal 275 H/889 M. [38]

4.        At-Tirmidzi (200 H/824 M-279 H/892 M)
Nama lengkapnya Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah di lahirkan di Tirmidz, sebuah kota kecil di pinggir utara Sungai Amudaria, sebelah utara Iran. Beliau lahir di kota tersebut pada bulan Dzulhijah 200 H/824 M. Beliau banyak meriwayatkan hadis dari ulama hadis pada masanya, di antaranya Al-Bukhari, Muslim, ddan Ismail bin Musa As-Sudi.[39]
Di antara karyanya adalah kitab Sunan atau yang di sebut Jami At-Tirmidzi, menurut penelitian Ahmad Muhammad bin Syakir, kitab ini memmuat sekitar 3.956 hadis.  Di dalam kitab ini ia mengklasifikasikan kulitas hadis menjadi shahih, hasan dan ddha’if.
Buku-bukua karya lainnya seperti’ Al-‘Ilal, Asy-Syamail, Asma’ Ash-Shahabah, dll. Beliau meninggal dunia pada taun 279 H/ 892 M bulan Rajab di Tirmidz setelah sakit mata pada akhir hayatnya.[40]

5.        An-Nasa’i (215/839 M-303 H/ 915 M)
Nama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Amir bin Amru bin Al-Harits. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa’ yang masih termasuk wilayah Khurasan. Ia mulai mengembara untukk mempelajari hadis dari usia lima belas tahun.[41]
Di antar karyanya Al-Muwatha. Beliau himpun 100.000 hadis dari lebih 1.000 ahli hadis selama 40 tahun dan dipersentasikan 70 ulama ahli fiqh di Madinah. Sebagai muhaddisni menilai, bahwa beliau lebih hafidh dan lebi inggi pengetahuannya dibanding dengan Imam Muslim di bidang hadis. Guru guru beliau antara lain Qutaiban bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim dan Imam-imam hadis dari Khurasan, Hijaz, Irak, dan Mesir.[42] Beliau meninggl pada tahun 179 H/798 M di Madinah.[43]

6.        Imam Ahmad (164 H/780 M-241 H/855 M)
Nama aslinya adalah Abu Abdillah bin Muhammad bin Hanbal Al-Marwazy. Bapaknya dalah seorang mujtahid yang hidup di Bashrah. Imam Ahmad lahir pada tanggal 20 Rabi’ul Awwal 164 H (780 M). [44]Beliau memiliki sifat wara’ (berhati-hati dalam masalah haram) dan dhabith (memiliki memori daya ingat) yang sempurna. Belia hafal 1.000.000 buah hadis.
Di antara gurunya adalah Sufyan bin Uyainah, Asy-Syafi’i, Yahya bin Said Al-Qathan, dll. Sedangkan para ulama yang yang meriwayatkan hais darinya, di anataranya Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dll. Beliau adalah salah seorang pendiri empat madzhab yang dikenal dengan nama madzhab Hanabilah (Hanbali).
Banyak karya beliau, diantaranya Musnad Imam Ahmad yang berisikan 30.000 buah hadis dan 10.000 buah hadis secara berulang ulang. beliau meninggal di Baghdad paa hari jum’at 241 H (855 M) dan di kebumikan di Marwaz. Yang istimewa kala ia meninggal, jenazahnya di antar oleh sekitar 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan dan 20.000 orang didalamnya yakni orang Nasrani, Yahudi dan Majusi yang masuk Islam.[45]

7.        Ath-Thabrani (260 H/873 M-360 H/973 M)
Nama lengkapnya adalah Abul Qosim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Muthoir Al Lakhmi Asy Syami At Thabrani. Dia adalah seorang Imam yangHafidz dan Tsiqoh yang suka bepergian dan melancong, seorang Muhaditsul Islam. Beliau dilahirkan pada bulan Safar tahun 260 H di kota Uka tempat asal ibunya.         
Beliau pertama kali mendengar hadits ketika berusia 13 tahun di daerah Tibriyah. Kemudian beliau pergi ke Al Quds tahun 74, lalu menuju Qoisariyah pada tahun 75 dan beliau mendengar dari para sahabat Muhammad bin Yusuf Al Firyabi. Kemudian beliau bersafar ke Himso, Jabalah, kota-kota di Syam dan Hajj dan Ke Yaman kemudian kembali keMesir, Barqoh kemudian ke Irak dan Asbahan dan sampai di sana tahun 290 H lalu beliaukeluar darinya. Dia juga pergi ke Al Jazirah, Persi, dan terakhir kembali ke Asbahan dan menetap. Kemudian menjadi muhaddits di sana sampai beliau wafat
Dia mendengar hadits dari negeri Haramain, Yaman, Madain Syam, Mesir, Baghdad,Kufah, Bashroh, Ashbahan, Khuzistan, dan yang lain-lainnya. Kemudian tinggal di Ashbahanselama 60 th menyebarkan ilmu dan mengarang kitab. Kemudian sampai ke Irak setelahkosong dari Mesir, Syam, Hijaz dan Yaman. Seandainya ia menuju Irak lebih dahulu, maka iaakan menemukan sanad yang banyak
Ia menulis para ahli hadits salaf (yang terdahulu) maupun muta’akhirin (yang belakangan) sampai ia menemukan kecakapan dalam bidang ini
Beliau mendengar hadits dari Hasyim bin Martsad At Thobroni, Ahmad bin Mas’udAl Khoyyat, µAmru bin Abi Salamah At Tunisi, Ahmad bin Abdullah Al Lihyani (pemilik Kitab Adam), µAmru bin Tsaur di Qoisariyah, Ibrohim bin Abi Sufyan ( pemilik Kitab AlFiryabi) dan dari ribuan syaikhnya yang lain, bahkan lebih.[46]
Yang menceritakan dari beliau adalah Abu Kholifah Al Jumhi, Al Hafidz ibnu Uqdah (syaikhnya), Ahmad bin Muhammad bin Ibrohim As Sihaf, Ibnu Mundah, Abu Bakar binMardawih, Abu Umar Muhammad bin Al Husain Al bastomi, Abu Nuaim La ashbahani, AbulFadhl Muhammad bin ahmad Al Jarudi, Abu Sa’id An Nuqosy, Abu bkar bin Abi Ali AdzDzakwan, Ahmad bin Abdurrohman Al azdi, Al Hudsain bin Ahmad bin Al Marzaban, AbulHusain bin Fadsyah, Abu Sad Abdurrohman bin Ahmad As Sofar, Mamar bin Ahmad binZiyad, Abu Bakr Muhammad bin Abdullah Ar Ribati, Al Fadhl bin Ubaidillah bin Syahriyar,Abdul wahid bin ahmad Al Baturqini, Ahmad bin Muhammad bin Ibrohim Al Ashbahani, Ali bin Yahya bin Abdu Kawih, Muhammad bin Abdullah ibnu Syimah, Basyru bin MuhammadAl Muhini, Abu Bakar Muhammad bin Abdullah bin Ridzah At Tajir, Abul QosimAbdurohmanbin abi Bakar Adz Dzakwan
Beliau meninggal pada dua hari terakhir pada bulan Dzulqodah tahun 360 berartigenap 100 tahun dan 10 bulan.[47]

8.        Ad-Daruquthni (306 H/919 M-385 H/995 M)
Al-Imam al-Hafidz Abu al-Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Mas'ud bin an-Nu'man bin Dinar bin Abdullah al-Baghdadi atau lebih dikenal dengan ad-Daruquthni lahir di Dar al-Quthn, Bagdad, Irak, pada tahun 306 H, dan wafat pada tahun 385 H adalah seorang ulama di bidang qira'at, Hadits, Bahasa Arab dan Sastra dan memiliki karya sejumlah 385, dan 40 diantaranya di bidang Hadits.[48]
Dari waktu muda ia telah mempelajari hadis di Baghdad dari tokoh-tokoh hadis di negeri itu seperti Abu al-Qasim al-Bagawi, Abu Bakar ibnu Abi Daud as-Sajastani dan Abu Muhammad ibnu Sulaiman al-Maliki. Untuk lebih mendalami ilmu yang sangat diminatinya ini, ia juga mengadakan perjalanan ke berbagai negeri, seperti ke Mesir dan ke Siria. Dari tokoh-tokoh hadis di negeri-negeri yang disinggahinya itu, ia sempat mendalami hadis dan ilmu-ilmu yang menyangkut dengannya (ulum al-hadis, jarh wa ta’dil dan sebagainya).[49]
Dalam ilmu al-Qur’an ia sempat mendalami dan menyusun sebuah buku yang diberi nama al-Qira’at. Sistematika buku tersebut telah dijadikan contoh oleh ulama yang menyusun ilmu al-Qur’an pada masa sesudahnya. Dalam bidang fiqh ia juga dikenal banyak mengetahui ikhtilāf (perbedaan pendapat) ulama. Siapa yang membaca buku haditsnya as-sunan yang terkenal itu dapat menggambarkan akan keaslian penyusunnya dalam bidang hukum Islam. Dalam bahasa Arab ia dikenal  ahli dalam ilmu nahwu (tata bahasa).[50] Begitu banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikuasainya, sehingga diriwayatkan, banyak ahli dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang datang untuk bertukar pikiran padanya.
Guru-guru beliau anatar lain, Al-Hafidz al-Hujjah al-Mu'ammar, Musnid al-Ashr Abu al-Qasim Abdullah bin dll. Beliau wafat pada hari kamis tanggal 8 Dzulqa’dah tahun 385 H/ 995 M..[51]


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat kami telah mebuat kesimpulan bahwa ulama hadis itu terbagi dua fase pengembangan, yaitu pertama fase dikalangan para sahabat dan yang kedua di kalangan para perawi hadis yang terkenal. Kemudian selain itu dari makalah kami, kami menyimpulkan bahwa sifat dan perilaku para ulama saat itu sudah tepat untuk dijadikan perawi hadis karena kelebihan-kelebihan yang mereka miliki.

B.       Saran
Saran dari kami adalah bahwa kita terutama para kaum muda muslim dan muslimat, jangan pernah malu untuk mempelajari ilmu tentang hadis ataupun menghapalnya, karena banyak pelajaran yang kita dapat jika kita mempelajarinya. Salah satu pelajarannya yaitu mengenai sejarah pengembangan ilmu keislaman tentang hukum syara yang di keluarkan oleh Rasulullah sebagai pemimpin umat islam terdahulu, agar kita dapat mencontoh sifat dan cara pandang beliau menghadapi permasalahan. Selain itu yang terpenting kita dapat mengetahui lebih dalam ilmu keislaman dari hadis, agar kita dapat membedakan mana perbuatan yang dilarang dan diperbolehkan dalam sudut pandang Islam.




DAFTAR PUSTAKA

Majid Khon, Abdul. 2012. Ulumul Hadis. Jakarta. Amzah

Suparta, Munzier. 2008.  Ilmu Hadis .Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Suparta, Munzier. 2014.  Ilmu Hadis (Ed. Revisi) .Jakarta .Rajawali Pers

Ash-Shiddie, M. Hasbi. 1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta. Bulan Bintang






[1] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 280.
[2] Hal ini berdasarkan pada riwayat Al-Tirmidzi.
[3] Abdul Majid Khon, Op. Cit, hlm. 281.
[4] Ibid.
[5] Munzier Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 211.
[6] Al-Maliki, Al-Manhal Al-Lahif fi Ushul Al-Hadts Asy-Syarif  (Jiddah: Sihr, 1982). Dalam buku Abdul Majid Khon, hlm. 282.
[7] Ibid, hlm. 283.
[8] Ibid.
[9] Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 216.                                                            
[10] Abdul Majid Khon. Op.cit, hlm. 283-284.
[11] Shubhi Ash-Shalih, Ulumu Al-Hadits wa Mushthalahuh (Beirut: Dar Al-Ilm Li Al-Malayin, 1969). Dalam buku Abdul Majid Khon. Ibid.
[12] M. Hasbi Ash-Shiddie, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1980). Cet. Ke-6, hlm. 280.
[13] Ibid.                                                   
[14] Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 218.
[15] Shubhi Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 286.
[16] Ibid, hlm. 287.
[17] Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 219.
[18] Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 287.
[19] Shubhi Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 289.
[20] Ibid.
[21] Ibid.
[22] Ibid, hlm. 290.
[23] Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 222.
[24] Shubhi Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 290.
[25] Ibid, hlm. 291.
[26] Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 223.
[27] Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 291.
[28] Ibid.
[29] Ibid.
[30] Shubhi Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 292.
[31] Izzat Athiyah et. Al., A’lam Al-Muhadditsin wa Manahijuhum fi Ar-Riwayah wa Al-Adab wa Ad-Dirayah, (Cairo: tp., 2000). Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm 293.
[32]Ibid.
[33] Ibiid, hlm. 294.
[34] Mahmud Ath-Thahan, Tasyir Mushthalah Al-Hadis (Beirut: Dar Ats-Tsaqafah Al-Islamiyah), cet. Ke-7. Dalam buku Abdul Majid Khon. Ibid.
[35] Ibid.
[36] Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 241.
[37] Mushthafa AlA’zhami, Studies In Hadis Methodology and Leterature. Terj. A. Yamin (Jakarta: Pustaka Hidayah). Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm. 296.
[38] Ibid.
[39] Ibid, hlm. 297.
[40] Ibid.
[41] Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 248.
[42] Ibid.
[43] Ibid, hlm. 300.
[44] Munzier Suparta. Op. Cit, hlm. 234.
[45]Ibid, hlm. 236.
[46] Munzier Suparta,  Ilmu Hadis (Ed. Revisi) (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 246.
[48] Ibid, hlm. 247.
[49] M. Hasbi Ash-Shiddie, Op. Cit, hlm. 320.
[50] Ibid, hlm 321.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Ulumul Hadis tentang BIOGRAFI ULAMA HADIS

BIOGRAFI ULAMA HADIS BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Untuk mempelajari Mata Kuliah Ulumul Hadis, kiranya akan lebih j...