BIOGRAFI ULAMA HADIS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Untuk mempelajari Mata Kuliah Ulumul
Hadis, kiranya akan lebih jelasnya apabila kita juga mempelajari tentang
biografi para ulama hadis, agar kita dapat memahai sifat dan perilaku beliau
ketika meriwayatkan sebuah hadis.
Secara garis besar ulama hadis di
bagi dua yaitu pada masa para sahabat dan pada masa para kalangan perawi hadis
terkenal. Namun yang akan kami bahas tidak semua ulama hadis tetapi hanya beberapa
saja mengingat banyak sekali perawi hadis dan tidak akan cukup jika kami
jelaskan pada makalah kami ini.
Dari
pernyataan diatas inilah yang melatarbelakangi kelompok kami untuk membahas
lebih lanjut tentang biografi ulama hadis pada matakuliah Ulumul Hadis. Agar
kita dapat memahami bagaimana sifat dan perilaku para perawi hadis.
B.
Rumusan Masalah
1.
Ada
berapa jumlah pembagian ulama hadits?
2.
Bagaimana
sifat dan perilaku para ulama hadits?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DI KALANGAN SAHABAT
1.
Abu Hurairah (21 SH-59 H = 602 M - 679 M)
Nama asal abu hurairah adalah abdurahaman bin shakr
Ad-Dawsi (salah satu kabilah di Yaman), nama Islam yang diberikan Nabi, sebagai
pengganti nama masa Jahiliya, yaiti Abdusysyams bin shakhr kemudian dipanggil
Abu Hurairah oleh Rasulullah juga yang
berarti “bapaknya kucing” pada saat beliau melihatnya membawa kucing kecil.[1]
Hal itu memang karena sikapnya yang sangat menyayangi kucing peliharaannya.[2]
Abu
Hurairah masuk Islam pada tahun ke-7 Hijriyah pada tahun Perang Khaibar. Dia
adalah komandan penghuni Shuffah, yang menghabiskan waktunya untuk
beribadah. Shuffah adalah suatu tempat berlindung para sahabat yang zahid di Masjid Nabawi. Abu
Hurairah adalah adalah salah seorang sahabat yang mendapat doa dari Ras ulullah
agar dapat menghafal apa yang ia dengar.[3]
Ia pernah
diangkat menjadi gubernur Bahrain pada masa Umar bin Al-Khaththab.[4]
akan tetapi ia kemudian diberhentikan karena kebiasaannya yang
terlalu banyak meriwayatkan hadis. Kebiasaan ini bertentangan dengan
kebijaksanaan Umar Ibn Al-Khattab yang pada saat itu sedang memperketat izin
periwayatan Hadits. [5]
Abu Hurairah adalah salah seorang sahabat
yang terbanyak dalam hal periwayatan hadis. Menurut Baqi’ bin Mukhallad
sebanyak 5.374 buah hadis. Ia mngambil hadis dari sekitar 800 orang para
sahabat dan tabi’in. Kemudian di riwayatkan oleh para prawi dalam buku induk 6
hadis dan Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ dan Imam Ahmad dalam kitab
Musnad-nya.Imam Al-Bukhari meriwayatka darinya sebanyak 93 bua hadis dan Muslim
sebanyak 189 buah hadis. Abu Ishak Ibrahim bin Harb Al-‘Askari (w. 282 H)
menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah dala Musnadnya dan
naskahnya masihh ada di perpustakaan Turki sebgaimana di sebukan Tarikh
Al-Adab Al-Arabi.[6]
Ada beberapa faktor banyaknya periwayatan yang
diperoleh Abu Hurairah, antara lain sebagaia berikut:
a.
Rajin menghadiri majelis-majelis Nabi.
b.
Selalu menemani Rasulullah karena sebagai penghuni shuffah
di Masjid Nabawi
c.
Kuat ingatanya karena ia salah salah seorang sahabat
yang mendapat doa dari Nabi sehingga hafalannya kuat dan tidak pernah lupa apa
yang ia dengar dari Rasulullah.
d.
Banyak berjumpa dengan para saabat senior, sekalipun
Nabi telah wafat. Ia berusia cukup panjang, yaitu 78 tahun dan masih hidup 47
tahun setelah Nabi wafat.[7]
Abu Hurairah wafat di Madinah pada tahun
57 dalam usia 78 tahun. Segala waktunya dihabiskan untuk berkhidmah pada hadis
Rasulullah.[8]
2.
Abdullah bin Umar (10s.H. -
74 H = 618 M - 694 M)
Abdullah bin Umar (disebut
dengan "Ibn Umar") lahir pada tahun 10 sebelum hijriyah. Ia masuk
Islam bersama ayahnya pada usia 10 tahun.[9] Ia
anak Khalifah kedua Umar bin Al-Khaththab dan saudara Hafshah Umm
Al-Mu’minin. Meskipun ayahnya menjad Khalifah yang sangat luas kekuasaanya,
namun ia idak puna ambisi kedudukan atau kekhalifahan. Hal ini disebakan
disamping sikap ayahnya yang tidak nepotis, ia selalu mencurahkan segala
perhatiannya untuk mencari ilmu dan beribadah.[10]
Abdullah
bin Umar termasuk seorang sahabat yang tekun dan berhati-hati dalam periwayatan
hadis. Bahkan sebagai ulama berpendapat bahwa Ashahhu Al-Asanid (sanad
yang paling shahih) yang disebut Silsilat Adz-Dzahab adalah hadis yang
diriwayatkan dari Malik dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar.[11]
Ia
seorang sahabat yang banyak meriwayatkan hadis. Jumlah hadis yang
diriwaatkannya sekitar 2.630 buah hadis. Ia meriwayatkankan hadis dari Nabi dan
dari para sahabat, di antaranya dari ayahnya sendiri Umar, pamanya Zaid,
saudara kandungnya Hafshah, Abu Bakar, Umar, ali, Bilal, Ibnu Mas’ud, Abu
Dzarr, dan Mu’adz. Imam AL-Bukhari meriwayatkan sekirat 81 buah hadis darinya,
Muslim meriwayatkan darinya sekitar 31 buah hadis, dan yang disepakati antara keduannya
sebanyak 1.700 buah hadis.[12]
Ada beberapa faktor banyaknya periwayatan yang
diperoleh Abdullah bin Umar, antara lain sebagaia berikut:
a.
Ia tergolong sahabat pendahulu masuk Islam dan
berusia panjang, mencapai 87 tahun.
b.
Selalu hadir di majelis-majelis Nabi dan mempunyai
hbungan dekat degan beliau, karenamenjadi iparnya Nabi.
c.
Tidak punyaambisi kedudukan atau jabatan dalam
pemerintahan da tidak melibatkan diri dalam berbagai konflik politik di
kalangan sahabat.
Ia meninggal dunia di Mekah pada tahun 73 H/693 M dalam usia 87 tahun.[13]
3.
Anas bin Malik (10s.H. - 93 H = 612 M - 912 M)
Anas
bin Malik adalah khadim (pelayan) Nabi, yang dipersembahkan oleh ibunya
Ummu Sulaim pada usia 10 tahun. Ayahnya bernama Malik Ibnu Al-Nadhar.[14] Rasul
SAW sendiri memperlakukannya dengan sangat bijaksana, bukan sebagai seorang
tuan kepada pembantunya. Kepribadiannya yang dikenal dikalangan para sahabat
adalah ketakwaan dan kewaraan. Abu Hurairah pernah berkomentar: "Aku tidak
pernah melihat seorangpun yang sholatnya menyerupai Rasul SAW, kecuali Ibnu
Sulaim (Anas bin Malik)".[15]
Ia di besarkan di tengah-tengah keluarga Nabi selama 9 tahun dan beberapa bulan
sehingga ia mengetahui banyak hal tentang Nabi, baik berupa perkataan,
perbuatan, dan pengakuan beliau.
Hadis-hadis
yang diterimanya, selain langsung dari Rasul SAW, juga dari sahabat lainnya
seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Fatimah Al-Zahra, Tsabit ibn Qais, dll. Jumlah
hadis yang diriwayatkan Anas mencapai 2.286 buah hadis. Imam Al-Bukhari
meriwayatkan darinya sebanyak 83 buah hadis dan Muslim sebanyak 71 buah hadis. Sanad
yang paling shahih adalah hadis yang diriwayatkan dari Malik dari Az-Zuhri
dari Anas bin Malik.
Pada
akhir hayatnya ia berpindah ke Basrah dan salah seorang yang terakhir wafatnya
di Basrah. Wafat pada tahun 93 H dalam usia lebih 103 tahun.[16]
4.
Siti ‘Aisyah Al-Shiddiqiah (9 s.H - 58 H = - 668 M)
Siti Aisyah adalah istri Rasul SAW, putri Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia
lahir dua tahun setelah Nabi di utus menjadi Rasul. Ia merupakan satu-satunya istri Rasul yang
banyak meriwayatkan hadits.[17]
Selain jenius, ia memiliki kemauan yang
keras untuk mengetaui hukum-hukum agama, juga sebagai istri Nabi yang sangat
intim hubungannya dengan Nabi sehingga banyak dan luas pengetahuannya tentang
ilmu agama yang bersumberkan dari Al-qur’an dan hadis. Ia juga menjadi tempat
bertanya berbagai persoalan agama dikalangan sahabat. Ia masih hidup selama 39
tahun setelah Nabi wafat.[18]
Tentang
kelebihan ilmunya, Ibn Syihab Al-Zuhri pernah memberikan penilaian, "Jika
ilmu istri-istri Rasul SAW dikumpulkan ditambah ilmu wanita-wanita lainnya,
tentu tidak akan mengungguli ilmu Aisyah. Penghargaan yang sangat tinggi juga
disampaikan di antaranya oleh ayah Hisyam. Menurutnya, tidak ada sahabat yang
sepandai Aisyah dalam hal mengetahui diturunkannya ayat-ayat Al Quran, hal-hal
yang diwajibkan dan disunnahkan, peristiwa-peristiwa penting silsilah keturunan
dan banyak hal lainnya.
Jumlah
hadis yang diriwayatkan Aisyah sebanyak 2.210 buah hadis, Imam Al-Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 54
buah hadis dan Muslim meriwayatkan darinya sebanyak 68 buah hadis. Dia banyak
meriwayatkan hadis dari para shabat seperti dari bapaknya sendiri Abu Bakar,
Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Usaidi bin Khudhair, dll.
Ia
meninggal pada tahun 57 H/668 M pada bulan Ramadhan sesudah melakukan shalat
witir.
5.
Abdullah bin Abbas (3 s.H - 68 H = 616 M - 687
M)
Abdullah bin Abbas adalah saudara sepupu Rasulullah SAW. Ia lahir 3
tahun sebelum Hijriyah dan ia baru berumur 13 tahun pada waktu Nabi wafat. ia
salah seorang yang mendapat doa dari Nabi dan dikabulkan Allah hingga ia
dikenal sebagai ilmuwan, ahli fiqh, fatwa, dan periwayatan. Dia duduk satu hari
mengajar fiqh, satu hari untuk tafsir, satu hari tentang peprangan, satu hari
tentang syair dan satu hari tentang hari-hari Arab. Aku tidak melihat seorang
alim yang duduk di hadapannya melainkan tunduk hormat kepadanya dan tidak ada
seorang penanya melainkan mendapat ilmu darinya.[19]
Jumlah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas sebanyak 1.660
buah hadis. Imam Al-Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 120 buah hadis dan
Imam Muslim sebanyak 49 buah hadis. Beliau banyak menerima hadis dari
Rasulullah dan dari para sahabat.
Diantara para sahabat ialah ibunya sendiri Al-Fadhil, bibinya Maimunah,
dll. Dan para tabi’in ialah Abu Umamah
bin Sahl, Sa’ad bin Al-Musayyab, Abdullah bin Harts, dll.[20]
Beberapa faktor yang menyebabkan ia banyak meriwayatkan hadis
adalah sebagai berikut:
a.
Hubungan keluarga dengan Nabi sangat dekat.
b.
Keras kemaunnya untuk menuntut ilmu-ilmu agama
terutama hadis dari Rasulullah.
c.
Rajin menemui para sahabat untuk mendapatkan
hadis-hadis dari Rsaulullah.
d.
Mendapat doa dari Rasulullah: “Ya Allah ajarkan
ia akan hikmah”.
e.
Sesudah Nabi wafat, ia masih hidup dalam tempo waktu
yang lama, yaitu 58 tahun.[21]
Ia meninggal dunia di Thaif pada tahun 68
dalam usia 71 tahun setelah terkena sakit mata beberapa waktu sebgaimana ayah
dan kakeknya.[22]
6.
Jabir bin Abdullah (16 s.H - 78 H = 604 M - 698 M)
Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram Al-Anshari. Ia dilahirkan Pada tahun 16 sebelum hijrah. Ayahnya adalah Abdullah Ibn Amr Ibn haram Ibn Tsa-labah
Al-Khazraji Al-Anshari Al-Salami. [23]
Ia adalah salah seorang di antara sahabat yang paling kecil pada waktu itu. Ia
juga banyak menghadiri peperangan bersama Rasulullah sebanyak 19 kali,
terkecuali Perang Badar dan Uhud, di karenakan di larang oleh ayahnya. Tetapi
setelah ayahnya terbunuh dalam Perang Uhud, ia tidak pernah ketingalan dalam
satu perang apapaun. [24]
Ketika ayahnya meninggal dunia, ayahnya meninggalkan
juga anak perempuan yang masih kecil dan utang yang banyak. Namun ia dapat
meyelesaikan semua tanggung jawab itu berkat perhatian Nabi. Jabir banyak
menghadiri majelis-majelis Nabi dan banyak bertemu para sahabat senior, di
samping usiannya yang panjang setelah wafat Nabi sehingga memungkinkan untuk
mendapatkan banyak hadis dari Nabi.[25] Ia menerima hadis-hadisnya disamping dari Rasul SAW sendiri, juga
dari para sahabat lainnya, seperti Abu Bakar, Umar, Ali dan Abu Ubaidah,
Thalhah, Muadz Ibn Jabal.[26]
Jumlah
hadis yang diriwayatkan Jabir sebanyak 1.540 buah hadis. Al-Bukhari dan Muslim
sepakat meriwayatkan darinya sebanyak 60 buah hadis. Al-Bukhari sendiri
meriwayatkan sebanyak 126 buah hadis.[27]
Ia
wafat di Madinah pada tahun 74 H dalam usia 94 tahun dn ia adalah sahabat yang
terakhir meninggal di Madinah. Hadis yang paling shahih sanad-nya adalah
hadis yang diriwayatkan dari penduduk Mekah melalui jalur Sufyan bin Uyaynah
dari Amr bin Dinar dari Jabir bi Abdullah.[28]
B.
DI ANTARA PERAWI HADIS TERKENAL
1.
Al-Bukhari (194 H/810 M-256 H/870 M)
Nama Al-bukhari (putera daerah Bukhara) adalah
Abu abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Bardizhbah Al-Yafi’i
Al-Bukhori. Beliau dilahirkan pada hari Jum’at, 13 Syawal 194 H (810 M) di sebuah
kota bernama Bukhara. [29]
Beliau mulai beaja hadis sejak di bawah
usia 10 tahun pada tahun 210 H dan medengarnya lebih dari 1.000 orang guru.
Beliau hafal sebanyak 100.000 buah hadis shahih dan 200.000 hadis yang tidak
shahih.[30]Beliaulah
yang pertama kali menghimpun hadis shahih kedalam buku yang diberi nama A-l-Jami
Ash-Shahih li Al-Bukhari. Buku ini ditulis selama 16 tahun yang beliau
dengar lebih dari 70.000 perawi melalui penelitian yang tekun dan behati-hati.
Setiap akan menulis hadis beliau mandi dan shalat istikharah 2 rakaat terlebi
dahulu.
Diantara kelebihan daya ingat (Dhabith)
dan kecerdasarn Imam Al-Bukhari mampu mengembalikan dan menrapkan kembali 100
pasangan sanad hais pada matan yang sengaja diacak oleh 10 ulama
Baghdad dalam rangka menguji kapilitas daya ingat dan intelektual Al-Bukhari
dala hal periwayatn hadis.[31]Semua
itu dapat dijawab oleh Al-Bukhai dengan lugas dan dikembalikan sessuai dengan
proporsinya semula.
Para
ulam yang mengambil hadis darinya antara lain, yang populer adalah AtTirmidzi,
Muslim, An-Nasai, Ibrahim, dll. Beliau meninggal dunia 1 Syawal 256 H/31
Agustus 870 M pada hari Jum’at malam Sabtu malam Hari Raya Idul Fitri dalam
usia 62 Tahun kurang 13 hari diSamarkand.[32]
Karya-karnyanya antra
lain, Al-Jam’ Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtasr min Umur Rasulillah wa Sunanih
wa Ayyamihi, BirruAl-Walidain, Al-Tarikhu Al-Ausath, dll.
2.
Imam Muslim (204 H/820 M-261 H/875 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Husain Muslim bi Al-Hajaj Al-Quraysyi An-Naisaburi.
Beliau dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H/820 M, yaitu kota kecil yang
terletak di negara Iran. Sejak kecil beliau belajar hadis ke beberapa guru di
berbagai negara antaranya Hijaz, Syam, Irak, dll. Beliau seorang yang snagat
berhati-hati, teguh pendirian, wara’, dan makrifah.[33]
Buku yang ia tulis adalah Shahih
Muslim berisikan 4.000 hadis yang merupaka hasil penyeleksian dari 12.000
hadis yang dihitung secara berulang.[34]Buku
itu disusun selama 12 tahun. Para ulama berpendapat bahwa kedua Shahih
Al-Bukhari dan Shahih Muslim keduanya merupakan kitab yang paling
shahih setelah Alqur’an. Ada juga yang berpendapat bahwa Shahih AL-Bukhari lebih
shahih, sedangkan Shahih Muslim lebih indah sistematika penulisannya.[35]
Karya-karyanya anatara lain: Shahih
Muslim, Al-Musanad Kabir, AL-Jami’ Al-Kabir, Muhadlramin, dll.[36]
Beliau meninggal di Naisabur pada tahun 261 H/875 M dalam usia 55 tahun.
3.
Abu Dawud (202 H/817 M-275 H/889 M)
Nama lengkapnya Abu Dawud Sulaiman bin
Al-Asy’ats bin Ishaq As-Sijistani. Sijistan adalah suatu daerah yang terletak
antara Iran dan Afghanistan, tempat kelahiran
beliau pada tahun 202 H/817 M. Samahalnya Al-Bukhari dan Muslim beliau
juga berkelana mencari ilmu dan beruru hadis dari beberapa ulama hadis.
Diantaranya Khurasan, Ravy, Harat, dll.
Abu Dawud bukan hanya sebagai perawi,
penghimpun, dan penyusun hadis tetapi juga sebagai seorang yang ahli hukum yang
handal dan kritikus hadis yang baik. [37]
Di anatara karyanya Sunan Abi Dawud di
dalamnya banyak mengandung pembahasan fiqh. buku ini berisikan 5.724 buah hadis
yang secara berulang-ulang dan kemudian diseleksi lagi menjadi 4.800 buah hadis.
Di dalamya terdapat hadis shahih, hasan, dan dhaif, namun ia jelaskan semua
kedudukan hadis trsebut. Beliau meninggal di Bashrah pada tanggal 16 Syawal 275
H/889 M. [38]
4.
At-Tirmidzi (200 H/824 M-279 H/892 M)
Nama lengkapnya Abu Isa Muhammad bin Isa
bin Surah di lahirkan di Tirmidz, sebuah kota kecil di pinggir utara Sungai
Amudaria, sebelah utara Iran. Beliau lahir di kota tersebut pada bulan
Dzulhijah 200 H/824 M. Beliau banyak meriwayatkan hadis dari ulama hadis pada
masanya, di antaranya Al-Bukhari, Muslim, ddan Ismail bin Musa As-Sudi.[39]
Di antara karyanya adalah kitab Sunan
atau yang di sebut Jami At-Tirmidzi, menurut penelitian Ahmad Muhammad
bin Syakir, kitab ini memmuat sekitar 3.956 hadis. Di dalam kitab ini ia mengklasifikasikan
kulitas hadis menjadi shahih, hasan dan ddha’if.
Buku-bukua karya lainnya seperti’ Al-‘Ilal,
Asy-Syamail, Asma’ Ash-Shahabah, dll. Beliau meninggal dunia pada taun 279
H/ 892 M bulan Rajab di Tirmidz setelah sakit mata pada akhir hayatnya.[40]
5.
An-Nasa’i (215/839 M-303 H/ 915 M)
Nama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas
bin Amir bin Amru bin Al-Harits. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H di kota
Nasa’ yang masih termasuk wilayah Khurasan. Ia mulai mengembara untukk
mempelajari hadis dari usia lima belas tahun.[41]
Di antar karyanya Al-Muwatha. Beliau
himpun 100.000 hadis dari lebih 1.000 ahli hadis selama 40 tahun dan
dipersentasikan 70 ulama ahli fiqh di Madinah. Sebagai muhaddisni menilai,
bahwa beliau lebih hafidh dan lebi inggi pengetahuannya dibanding dengan Imam
Muslim di bidang hadis. Guru guru beliau antara lain Qutaiban bin Sa’id, Ishaq
bin Ibrahim dan Imam-imam hadis dari Khurasan, Hijaz, Irak, dan Mesir.[42]
Beliau meninggl pada tahun 179 H/798 M di Madinah.[43]
6.
Imam Ahmad (164 H/780 M-241 H/855 M)
Nama aslinya adalah Abu Abdillah bin
Muhammad bin Hanbal Al-Marwazy. Bapaknya dalah seorang mujtahid yang hidup di
Bashrah. Imam Ahmad lahir pada tanggal 20 Rabi’ul Awwal 164 H (780 M). [44]Beliau
memiliki sifat wara’ (berhati-hati dalam masalah haram) dan dhabith (memiliki
memori daya ingat) yang sempurna. Belia hafal 1.000.000 buah hadis.
Di antara gurunya adalah Sufyan bin
Uyainah, Asy-Syafi’i, Yahya bin Said Al-Qathan, dll. Sedangkan para ulama yang
yang meriwayatkan hais darinya, di anataranya Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
dll. Beliau adalah salah seorang pendiri empat madzhab yang dikenal dengan nama
madzhab Hanabilah (Hanbali).
Banyak karya beliau, diantaranya Musnad
Imam Ahmad yang berisikan 30.000 buah hadis dan 10.000 buah hadis secara
berulang ulang. beliau meninggal di Baghdad paa hari jum’at 241 H (855 M) dan
di kebumikan di Marwaz. Yang istimewa kala ia meninggal, jenazahnya di antar
oleh sekitar 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan dan 20.000
orang didalamnya yakni orang Nasrani, Yahudi dan Majusi yang masuk Islam.[45]
7.
Ath-Thabrani (260 H/873 M-360 H/973 M)
Nama lengkapnya adalah Abul Qosim Sulaiman bin
Ahmad bin Ayyub bin Muthoir Al Lakhmi Asy Syami At Thabrani. Dia adalah seorang
Imam yangHafidz dan Tsiqoh yang suka bepergian dan melancong, seorang
Muhaditsul Islam. Beliau dilahirkan pada bulan Safar tahun 260 H di kota Uka
tempat asal ibunya.
Beliau pertama kali mendengar hadits ketika
berusia 13 tahun di daerah Tibriyah. Kemudian beliau pergi ke Al Quds tahun 74,
lalu menuju Qoisariyah pada tahun 75 dan beliau mendengar dari para sahabat
Muhammad bin Yusuf Al Firyabi. Kemudian beliau bersafar ke Himso, Jabalah,
kota-kota di Syam dan Hajj dan Ke Yaman kemudian kembali keMesir, Barqoh
kemudian ke Irak dan Asbahan dan sampai di sana tahun 290 H lalu beliaukeluar
darinya. Dia juga pergi ke Al Jazirah, Persi, dan terakhir kembali ke Asbahan
dan menetap. Kemudian menjadi muhaddits di sana sampai beliau wafat
Dia mendengar hadits dari negeri Haramain,
Yaman, Madain Syam, Mesir, Baghdad,Kufah, Bashroh, Ashbahan, Khuzistan, dan
yang lain-lainnya. Kemudian tinggal di Ashbahanselama 60 th menyebarkan ilmu
dan mengarang kitab. Kemudian sampai ke Irak setelahkosong dari Mesir, Syam,
Hijaz dan Yaman. Seandainya ia menuju Irak lebih dahulu, maka iaakan menemukan
sanad yang banyak
Ia menulis para ahli hadits salaf (yang
terdahulu) maupun muta’akhirin (yang belakangan) sampai ia menemukan kecakapan
dalam bidang ini
Beliau mendengar hadits dari Hasyim bin Martsad
At Thobroni, Ahmad bin Mas’udAl Khoyyat, µAmru bin Abi Salamah At Tunisi, Ahmad
bin Abdullah Al Lihyani (pemilik Kitab Adam), µAmru bin Tsaur di Qoisariyah,
Ibrohim bin Abi Sufyan ( pemilik Kitab AlFiryabi) dan dari ribuan syaikhnya
yang lain, bahkan lebih.[46]
Yang menceritakan dari beliau adalah Abu Kholifah
Al Jumhi, Al Hafidz ibnu Uqdah (syaikhnya), Ahmad bin Muhammad bin Ibrohim As
Sihaf, Ibnu Mundah, Abu Bakar binMardawih, Abu Umar Muhammad bin Al Husain Al
bastomi, Abu Nuaim La ashbahani, AbulFadhl Muhammad bin ahmad Al Jarudi, Abu
Sa’id An Nuqosy, Abu bkar bin Abi Ali AdzDzakwan, Ahmad bin Abdurrohman Al
azdi, Al Hudsain bin Ahmad bin Al Marzaban, AbulHusain bin Fadsyah, Abu Sad Abdurrohman
bin Ahmad As Sofar, Mamar bin Ahmad binZiyad, Abu Bakr Muhammad bin Abdullah Ar
Ribati, Al Fadhl bin Ubaidillah bin Syahriyar,Abdul wahid bin ahmad Al
Baturqini, Ahmad bin Muhammad bin Ibrohim Al Ashbahani, Ali bin Yahya bin Abdu
Kawih, Muhammad bin Abdullah ibnu Syimah, Basyru bin MuhammadAl Muhini, Abu
Bakar Muhammad bin Abdullah bin Ridzah At Tajir, Abul QosimAbdurohmanbin abi
Bakar Adz Dzakwan
Beliau meninggal pada dua hari terakhir pada
bulan Dzulqodah tahun 360 berartigenap 100 tahun dan 10 bulan.[47]
8.
Ad-Daruquthni (306 H/919 M-385 H/995 M)
Al-Imam al-Hafidz Abu
al-Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Mas'ud bin an-Nu'man bin Dinar
bin Abdullah al-Baghdadi atau lebih dikenal dengan ad-Daruquthni lahir di Dar
al-Quthn, Bagdad, Irak, pada tahun 306 H, dan wafat pada tahun 385 H adalah
seorang ulama di bidang qira'at, Hadits, Bahasa Arab dan Sastra dan memiliki
karya sejumlah 385, dan 40 diantaranya di bidang Hadits.[48]
Dari waktu muda ia
telah mempelajari hadis di Baghdad dari tokoh-tokoh hadis di negeri itu seperti
Abu al-Qasim al-Bagawi, Abu Bakar ibnu Abi Daud as-Sajastani dan Abu Muhammad
ibnu Sulaiman al-Maliki. Untuk lebih mendalami ilmu yang sangat diminatinya
ini, ia juga mengadakan perjalanan ke berbagai negeri, seperti ke Mesir dan ke
Siria. Dari tokoh-tokoh hadis di negeri-negeri yang disinggahinya itu, ia
sempat mendalami hadis dan ilmu-ilmu yang menyangkut dengannya (ulum al-hadis,
jarh wa ta’dil dan sebagainya).[49]
Dalam ilmu al-Qur’an ia
sempat mendalami dan menyusun sebuah buku yang diberi nama al-Qira’at.
Sistematika buku tersebut telah dijadikan contoh oleh ulama yang menyusun ilmu
al-Qur’an pada masa sesudahnya. Dalam bidang fiqh ia juga dikenal banyak
mengetahui ikhtilāf (perbedaan pendapat) ulama. Siapa yang membaca buku
haditsnya as-sunan yang terkenal itu dapat menggambarkan akan keaslian
penyusunnya dalam bidang hukum Islam. Dalam bahasa Arab ia dikenal ahli
dalam ilmu nahwu (tata bahasa).[50] Begitu
banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikuasainya, sehingga diriwayatkan,
banyak ahli dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang datang untuk bertukar
pikiran padanya.
Guru-guru beliau anatar
lain, Al-Hafidz al-Hujjah al-Mu'ammar, Musnid al-Ashr Abu al-Qasim Abdullah bin
dll. Beliau wafat pada hari kamis tanggal 8 Dzulqa’dah tahun 385 H/ 995 M..[51]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat kami telah
mebuat kesimpulan bahwa ulama hadis itu terbagi dua fase pengembangan, yaitu
pertama fase dikalangan para sahabat dan yang kedua di kalangan para perawi
hadis yang terkenal. Kemudian selain itu dari makalah kami, kami menyimpulkan
bahwa sifat dan perilaku para ulama saat itu sudah tepat untuk dijadikan perawi
hadis karena kelebihan-kelebihan yang mereka miliki.
B.
Saran
Saran dari kami adalah bahwa kita
terutama para kaum muda muslim dan muslimat, jangan pernah malu untuk
mempelajari ilmu tentang hadis ataupun menghapalnya, karena banyak pelajaran
yang kita dapat jika kita mempelajarinya. Salah satu pelajarannya yaitu
mengenai sejarah pengembangan ilmu keislaman tentang hukum syara yang di
keluarkan oleh Rasulullah sebagai pemimpin umat islam terdahulu, agar kita
dapat mencontoh sifat dan cara pandang beliau menghadapi permasalahan. Selain
itu yang terpenting kita dapat mengetahui lebih dalam ilmu keislaman dari hadis,
agar kita dapat membedakan mana perbuatan yang dilarang dan diperbolehkan dalam
sudut pandang Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Majid Khon,
Abdul. 2012. Ulumul Hadis. Jakarta. Amzah
Suparta,
Munzier. 2008. Ilmu Hadis
.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Suparta,
Munzier. 2014. Ilmu Hadis (Ed.
Revisi) .Jakarta .Rajawali Pers
Ash-Shiddie, M.
Hasbi. 1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta. Bulan Bintang
https://jalukabadanulama.wordpress.com/2011/12/25/imam-at-thabrani/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2017.
http://wiyonggoputih.blogspot.co.id/2015/10/sejarah-singkat-imam-daruquthni.
html. Diakses pada tangal 20 Mei 2017.
[1] Abdul Majid
Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 280.
[2] Hal ini
berdasarkan pada riwayat Al-Tirmidzi.
[3] Abdul Majid
Khon, Op. Cit, hlm. 281.
[4] Ibid.
[5] Munzier
Suparta, Ilmu Hadis (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 211.
[6] Al-Maliki, Al-Manhal
Al-Lahif fi Ushul Al-Hadts Asy-Syarif (Jiddah:
Sihr, 1982). Dalam buku Abdul Majid Khon, hlm. 282.
[7] Ibid, hlm.
283.
[8] Ibid.
[9] Munzier
Suparta. Op. Cit, hlm. 216.
[10] Abdul Majid
Khon. Op.cit, hlm. 283-284.
[11] Shubhi
Ash-Shalih, Ulumu Al-Hadits wa Mushthalahuh (Beirut: Dar Al-Ilm Li
Al-Malayin, 1969). Dalam buku Abdul Majid Khon. Ibid.
[12] M. Hasbi
Ash-Shiddie, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang,
1980). Cet. Ke-6, hlm. 280.
[13] Ibid.
[14] Munzier
Suparta. Op. Cit, hlm. 218.
[15] Shubhi
Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit,
hlm. 286.
[16] Ibid,
hlm. 287.
[17] Munzier
Suparta. Op. Cit, hlm. 219.
[18] Abdul Majid
Khon. Op. Cit, hlm. 287.
[19] Shubhi
Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit,
hlm. 289.
[20] Ibid.
[21] Ibid.
[22] Ibid,
hlm. 290.
[23] Munzier
Suparta. Op. Cit, hlm. 222.
[24] Shubhi
Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit,
hlm. 290.
[25] Ibid,
hlm. 291.
[26] Munzier
Suparta. Op. Cit, hlm. 223.
[27] Abdul Majid
Khon. Op. Cit, hlm. 291.
[28] Ibid.
[29] Ibid.
[30] Shubhi
Ash-Shalih, Ulum Al-Hadits...,. Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit,
hlm. 292.
[31] Izzat Athiyah et.
Al., A’lam Al-Muhadditsin wa Manahijuhum fi Ar-Riwayah wa Al-Adab wa Ad-Dirayah,
(Cairo: tp., 2000). Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm 293.
[32]Ibid.
[33] Ibiid,
hlm. 294.
[34] Mahmud
Ath-Thahan, Tasyir Mushthalah Al-Hadis (Beirut: Dar Ats-Tsaqafah
Al-Islamiyah), cet. Ke-7. Dalam buku Abdul Majid Khon. Ibid.
[35] Ibid.
[36] Munzier
Suparta. Op. Cit, hlm. 241.
[37] Mushthafa
AlA’zhami, Studies In Hadis Methodology and Leterature. Terj. A. Yamin
(Jakarta: Pustaka Hidayah). Dalam buku Abdul Majid Khon. Op. Cit, hlm.
296.
[38] Ibid.
[39] Ibid,
hlm. 297.
[40] Ibid.
[41] Munzier
Suparta. Op. Cit, hlm. 248.
[42] Ibid.
[43] Ibid,
hlm. 300.
[44] Munzier
Suparta. Op. Cit, hlm. 234.
[46] Munzier Suparta, Ilmu
Hadis (Ed. Revisi) (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 246.
[47] https://jalukabadanulama.wordpress.com/2011/12/25/imam-at-thabrani/. Diakses pada
tanggal 20 Mei 2017.
[48] Ibid, hlm.
247.
[49] M. Hasbi
Ash-Shiddie, Op. Cit, hlm. 320.
[50] Ibid, hlm
321.
[51]http://wiyonggoputih.blogspot.co.id/2015/10/sejarah-singkat-imam-daruquthni.html. diakses pada
tangal 20 Mei 2017.